Pengeringan Biji - Bijian
Pengeringan
biji-bijian adalah proses pengurangan kandungan air yang terdapat dalam
biji-bijian tersebut. Penanganan pasca panen ini sudah dikenal sejak zaman
dahulu, pada zaman dahulu pengeringan digunakan untuk mengawetkan bahan pangan
agar dapat dikonsumsi ketika musim paceklik. Pada masa kini selain bertujuan
untuk meningkatkan umur simpan dari hasil pertanian, pengeringan juga akan
menaikan harga jual dari hasil pertanian tersebut. Penurunan kandungan air pada
biji-bijian akan menghambat pertumbuhan
mikroba dan kerusakan pangan oleh enzim, inilah kenapa biji-bijian yang telah
dikeringkan dapat disimpan lebih lama pada suhu ruang dibandingkan dengan
biji-bijian segar yang masih banyak mengandung air. Sehingga dengan
pengeringan, penurunan mutu pada biji-bijian dapat diperlambat.
A.
Metode Pengeringan
Selama proses pengeringan terdapat dua hal penting yang terjadi pada
bahan yang dikeringkan. Pertama adalah pindah panas, yaitu perpindahan panas
dari media pengering ke bahan untuk mengatasi panas laten penguapan. Kedua adalah
pindah massa, yaitu perpindahan massa air dari bahan ke media pengeringan,
pindah massa air terjadi dalam bentuk uap air. Metode pengawetan dengan cara
pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada.
Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan di Jericho dan
berumur sekitar 4000 tahun. Metode ini juga merupakan metode yang sederhana,
aman, dan mudah. Dan dibandingkan dengan metode lain, metode ini memiliki daya
tahan yang lama dan tidak memerlukan perlakuan khusus saat penyimpanan.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di
kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut
di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di
dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume
bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan
dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan
transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.
Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping
keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu
karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya,
misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan
sebagainya.
Kerugian
yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan
sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di
gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada
bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air
yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini daoat
juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika
pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di
ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu
pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
Pengeringan
merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat
atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat
pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan
tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum
dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat
dimatikan.
Mikroorganisme
menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik pengeringan
membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara
dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya. Semakin banyak kadar air pada
makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan makanan. Contoh makanan yang
biasa diawetkan dengan menggunakan metode pengeringan adalah buah kering. Buah
kering adalah buah yang telah dikeringkan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Misalnya kismis dan kurma. Selain itu juga ada mie instant. Di pabrik, terdapat
suatu proses pengeringan mie sebelum dimasukkan ke dalam bungkus, dan
sebagainya.
Proses pengeringan dibedakan menjadi tiga kategori
yaitu sebagai berikut:
1)
Pengeringan pada tekanan atmosfir
Pengeringan pada tekanan atmosfir dapat didefinisikan sebagai penggunaan
panas pada kondisi terkendali untuk membuang sebagian besar kandungan air yang
terdapat pada bahan melalui penguapan. kontak antara udara dan permukaan bahan
terjadi dalam tekanan atmosfir, di mana pindah panas terjadi dari udara ke
bahan sehingga terjadi pemanasan air di dalam bahan, lalu menguap dan uap air
pindah ke atmosfir sekitar.
2)
Pengeringan Vakum
Pengeringan vakum adalah pengeringan yang dilakukan pada kondisi vakum.
Pada pengeringan ini penguapan air terjadi lebih mudah karena tekanan lebih
rendah sehingga energi panas yang diperlukan untuk proses pengeringan tidak
sebanyak bila penguapan terjadi pada tekanan atmosfir
3)
Pengeringan Beku
Pengeringan beku dilakukan dengan
membekukan bahan terlebih dahulu barulah setelah itu dilakukan kandungan air
yang terdapat pada bahan diuapkan melalui proses sublimasi pada tekanan rendah.
B.
Aktivitas Air Pada Biji-Bijian
Penurunan aktivitas air (Aw) pada biji-bijian memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap umur simpan dari bahan. Hal ini disebabkan oleh
ketersediaan air bebas dapat dimanfaatkan oleh mikro organisme untuk berkembang
selain itu aktivitas air juga berpengaruh pada reaksi enzimatis pada bahan.
C.
Kadar Air pada Biji-Bijian
Kadar
air adalah kandungan air yang terdapat pada bahan pangan seperti biji-bijian
dan akan mempengaruhi sifat-sifat bahan pertanian tersebut. Kadar air hasil
pertanian yang tinggi sangat cocok bagi kehidupan dan perkembangan bakteri dan
jamur sehingga akan memperpendek umur simpan dari bahan tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini, kadar air pada bahan pangan akan diturunkan menjadi
sekitar 15% dimana mikro orgasnisme seperti bakteri sulit untuk tumbuh dan
berkembang serta reaksi enzimatis yang terjadi pada bahan dapat berkurang.
Setelah
pengeringan, maka akan terjadi pengurangan bobot pada bahan yang dikeringkan.
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah berat air yang terkandung pada bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengeringan tidak meyebabkan berkurangnya massa
padatan yang terkandung pada bahan. Kadar air biasa dinyatakan dalam persen,
sedangkan perhitungannya dapat berdasarkan basis basah (bb) dan basis kering
(bk). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air.
Persamaan
KA basis basah dan Persamaan KA basis kering
Persamaan
Kadar Air BK dan BB
Keterangan:
M : kadar air (% bb)
Wm : berat air (g)
Wd : berat padatan (g)
M :
kadar air (% bk)
Hubungan
antara Basis Basah (BB) dan Basis kering (Bk)
D.
Kadar Air Kesetimbangan (Me)
Kadar
air kesetimbangan adalah perubahan kadar air produk akibat interaksi dengan
kondisi udara lingkungan. Perubahan akan terhenti bila kadar air telah mencapai
kesetimbangan, untuk kondisi udara lingkungan tertentu. Bila kondisi udara
lingkungan berubah, kadar air bahan juga akan berubah untuk mencapai kadar air
kesetimbangan baru. Jadi KA kesetimbangan merupakan fungsi dari kondisi udara
lingkungan di mana produk disimpan.
Pada
proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal. Oleh
karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah panas dan
pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari bahan yang
dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu :
1)
Luas permukaan
Semakin
luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan menjadi
kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong– potong untuk mempercepat
pengeringan.
2)
Suhu
Semakin
besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang dikeringkan),
maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga mengakibatkan
proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering,
maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan
proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung juga
dengan cepat.
3)
Kecepatan udara
Umumnya
udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari permukaan bahan
yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai
kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan
menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.
4)
Kelembaban udara
Semakin
lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan semakin lama
proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena udara
kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan
pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir
atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.
5)
Tekanan atm dan vakum
Pada
tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu 100oC. Pada
tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu lebih
rendah dari 100oC.
P
760 Hg = 1 atrm air mendidih 100oC
P
udara < 1 atm air mendidih < 100oC
Tekanan
(P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang sensitif terhadap panas ,
contohnya : pengeringan beku (freeze drying).
6)
Waktu
Semakin
lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses pengeringan
selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature Short
Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan.
Di
Indonesia, pengeringan biji-bijian dengan menggunakan alat pengering belum
lazim digunakan. Kalaupun ada, masih sangat terbatas penggunaannya. Metode
pengeringan buatan yang telah dikembangkan dan diujicobakan antara lain adalah
alat pengering surya (solar dryer), alat pengering tungku dan alat pengering
tenaga listrik. Beberapa jenis alat pengering yang dapat digunakan antara lain
adalah : Flat Bed-type Dryer, Upright-Type Forced Air Dryer, Circulation Dryer,
dan Continuous Flow Dryer. Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa penggunaan
alat pengering buatan adalah untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang
diakibatkan oleh metode pengeringan alami (penjemuran).
Pengeringan
atau dehydration telah digunakan di seluruh dunia selama berabad-abad untuk
pemeliharaan atau pengawetan berbagai jenis makanan dan produk agrikultur.
Sasaran utama pengeringan pada bahan pangan adalah untuk melepaskan atau
memindahkan air sampai pada batas tertentu dimana microbial penyebab kerusakan
pada bahan tidak dapat berproduksi,dan untuk memperpanjang masa simpan suatu
bahan. Selain itu pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan stabilitas,
pengurangan berat dan volume bahan sehingga dapat mengurangi ongkos pengiriman, mempermudah
pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan atau produk. (Guillermo,
Crapiste, dan Rotstein, 1997).
Pada
dasarnya, metode pengeringan buatan dilakukan melalui pemberian panas yang
relatif konstan terhadap bahan pangan atau biji-bijian, sehingga proses
pengeringan dapat berlangsung dengan cepat dengan hasil yang maksimal. Dengan
pengeringan buatan diharapkan kandungan air mula-mula sekitar 30 % akan turun
sedemikian rupa hingga mencapai kadar air 12 – 16 %. Pengeringan buatan atau
pengeringan mekanis dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :
a) Pengeringan
kontinyu/berkesinambungan (continuous drying), dimana pemasukan dan pengeluaran
bahan berjalan terus menerus.
b) Pengeringan
tumpukan (batch drying), bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran hasil
kering, kemudian baru dimasukkan bahan berikutnya.
Pada
metode berkesinambungan, bahan bergerak melalui ruang pengering dan mengalami
kontak dengan udara panas secara paralel atau berlawanan. Pada metode tumpukan
terdapat tiga jenis yaitu :
a) Pengeringan
langsung (direct drying), bahan yang dikeringkan langsung berhubungan dengan
udara yang dipanaskan.
b) Pengeringan
tidak langsung (indirect drying), udara panas berhubungan dengan bahan melalui
perantara, umumnya berupa dinding-dinding atau tempat meletakkan bahan. Bahan akan kontak dengan panas secara
konduksi.
c) Pengeringan
beku (freeze drying), dalam hal ini bahan ditempatkan pada tempat hampa udara,
lalu dialiri udara yang sangat dingin melalui saluran udara sehingga air bahan
mengalami sublimasi yang kemudian dipompa ke luar ruang pendingin.
Esmay
dan Soemangat (1973) membagi cara pengeringan secara umum ke dalam empat
golongan menurut suhu udara pengeringnya, yaitu :
a) Cara
pengeringan dengan suhu sangat rendah (ultra low temperature drying system)
b) Cara
pengeringan dengan suhu rendah (low temperature drying system)
c) Cara
pengeringan dengan suhu tinggi (high temperature drying system)
d) Cara
pengeringan dengan suhu sangat tinggi (ultra high temperaturedrying system).
0 komentar:
Posting Komentar